Foto : Erik Jelimin / tajukharian.com |
Tajukharian.com - Peristiwa perusakan baliho Mario Pranda, salah satu kandidat kuat dalam pemilihan Bupati Manggarai Barat, telah menimbulkan berbagai spekulasi di masyarakat. Mario Pranda, yang dikenal sebagai pesaing berat bagi petahana, menghadapi tantangan yang tak terduga ketika baliho-baliho kampanyenya dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Opini publik pun terpecah, dan salah satu suara yang cukup mencolok datang dari Ari Bero, yang menyatakan bahwa insiden ini mungkin merupakan taktik politik playing victim dari kubu Mario Pranda sendiri.
Opini Ari Bero ini perlu ditelaah lebih lanjut, karena dugaan semacam ini dapat mengaburkan masalah yang lebih besar dan mengabaikan kenyataan tentang praktik-praktik vandalisme dalam politik. Pertama-tama, penting untuk dicatat bahwa vandalisme politik bukanlah fenomena baru. Perusakan alat peraga kampanye adalah bentuk intimidasi yang sering digunakan untuk menekan lawan politik, terutama ketika pihak-pihak tertentu merasa terancam oleh popularitas kandidat lain.
Dugaan bahwa kubu Mario Pranda sengaja merusak baliho mereka sendiri untuk mendapatkan simpati publik adalah dugaan yang tidak berdasar dan cenderung menyesatkan. Dalam politik, simpati publik memang penting, tetapi lebih penting lagi adalah membangun kepercayaan dan integritas. Mario Pranda selama ini dikenal sebagai sosok yang berkomitmen pada transparansi dan keterbukaan, sehingga tidak masuk akal jika ia dan timnya melakukan tindakan yang merusak reputasi tersebut demi keuntungan jangka pendek.
Lebih jauh, opini Ari Bero seolah-olah menutupi fakta bahwa perusakan baliho adalah bentuk pelanggaran hukum dan etika. Fokus seharusnya diberikan pada upaya untuk menemukan pelaku dan motif di balik tindakan tersebut. Apakah ini dilakukan oleh pendukung fanatik dari pihak lain yang merasa terancam, atau ada kepentingan tersembunyi yang ingin menggagalkan pencalonan Mario Pranda?
Dalam konteks politik yang sehat, setiap kandidat seharusnya berlomba-lomba dalam hal program dan gagasan, bukan melalui tindakan destruktif yang merugikan demokrasi. Opini Ari Bero, yang lebih memilih untuk berspekulasi tanpa bukti yang jelas, hanya akan memicu polarisasi lebih lanjut di masyarakat dan mengalihkan perhatian dari isu sebenarnya.
Sebagai masyarakat yang peduli pada proses demokrasi yang adil dan bersih, kita harus mengedepankan dialog dan diskusi yang konstruktif. Mengutuk vandalisme dan mempromosikan persaingan politik yang sehat adalah langkah yang tepat untuk memastikan bahwa suara rakyat dapat terdengar dengan jelas, tanpa adanya gangguan dari pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana.
Peristiwa perusakan baliho Mario Pranda seharusnya dilihat sebagai peringatan bahwa masih ada elemen dalam politik kita yang lebih memilih cara-cara kotor untuk mencapai tujuan mereka. Mari kita fokus pada hal-hal yang lebih penting: bagaimana kandidat kita dapat membangun Manggarai Barat menjadi lebih baik dan menjadikan demokrasi sebagai ajang untuk beradu visi, bukan perpecahan.
Oleh : Erik Jelimin, Pendukung Mario.
Social Footer