Gambar : Karikatur Penulis / tajukharian.com |
Tajukharian.com - Di tengah hiruk-pikuk kontestasi politik di Manggarai Barat,
Mario Pranda muncul sebagai salah satu penantang serius dalam pemilihan kepala
daerah. Dengan latar belakang sebagai Magister Hukum, Mario berharap dapat
merebut hati masyarakat. Namun, jalan menuju kemenangan tidaklah mudah.
Popularitas calon petahana, Edi-Weng, menjadi tantangan besar bagi Mario dan
timnya. Edi - Weng dikenal luas karena kinerja dan kedekatan mereka dengan
masyarakat, menjadikan mereka favorit di mata publik.
Di tengah persaingan ketat ini, sebuah insiden mengejutkan
terjadi. Baliho besar milik Mario Pranda ditemukan dalam kondisi rusak. Peristiwa
rusaknya baliho Mario Pranda menjadi sorotan publik, terutama setelah Sebuah
Akun dengan Nama Remigius Nahal yang diduga sebagai pendukung Mario mengunggah
kejadian tersebut di media sosial Facebook, yang kemudian menjadi viral. Kejadian
tersebut dengan cepat menjadi perbincangan hangat di media sosial, baik
Whatsapp maupun Facebook.
Pasca Viralnya kejadian ini, tidak semua orang melihat
insiden ini dari sudut pandang yang sama. Di antara masyarakat Manggarai Barat,
muncul dugaan bahwa kerusakan baliho tersebut merupakan taktik licik dari tim
Mario sendiri. Spekulasi ini didasarkan pada pola "playing victim"
dalam politik, di mana seorang kandidat menempatkan diri sebagai korban untuk
menarik perhatian dan empati publik. Beberapa Masyarakat bahkan berpendapat
bahwa strategi ini digunakan untuk mengimbangi popularitas Edi-Weng yang sulit
ditandingi.
Sebuah akun Facebook dengan Nama Ranggu TV memberi komentar
yang cukup menohok, “Ini bisa saja adalah permainan klasik untuk mendapatkan
simpati, kadangkala ketika seorang kandidat tidak dapat menyaingi lawannya
dalam hal prestasi dan reputasi, memainkan peran korban bisa menjadi cara
efektif untuk menarik perhatian dan mengubah opini publik.”, demikian komentar
akun tersebut.
Playing Victim Dalam Politik
Dalam konteks politik, "playing victim" adalah
taktik yang digunakan oleh beberapa politisi untuk menarik perhatian dan
simpati publik dengan menggambarkan diri mereka sebagai korban ketidakadilan
atau korban dari serangan. Taktik ini sering kali digunakan ketika seorang
politisi merasa terpojok atau kalah dalam persaingan elektabilitas dan
popularitas, terutama saat berhadapan dengan calon incumbent yang memiliki
rekam jejak prestasi yang gemilang.
Rusaknya baliho Mario Pranda menimbulkan berbagai spekulasi.
Beberapa pihak berpendapat bahwa insiden ini mungkin sengaja diatur untuk
menggiring opini publik bahwa Mario sedang diincar oleh pihak-pihak tertentu.
Dengan menjadi korban dari perusakan baliho, Mario dan tim pendukungnya dapat
mengklaim bahwa mereka mengalami penindasan dan, oleh karena itu, layak
mendapatkan simpati dan dukungan lebih dari masyarakat. Meskipun ada juga yang
berpendapat bahwa kejadian ini benar-benar tindakan vandalisme oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab, dan bukan bagian dari strategi politik tertentu.
Tetapi, melihat reaksi cepat dan meluasnya berita ini di media sosial, banyak
yang meragukan kemungkinan ini. Dugaan Playing Victim menguat lantaran belum
ditemukan pelaku yang merusak baliho tersebut.
Playing Victim Sebagai Taktik Frustasi Dalam Politik
Mayoritas masyarakat Manggarai Barat melihat strategi
"playing victim" sebagai bentuk taktik frustasi. Dalam dunia politik,
ketika seorang kandidat kesulitan untuk mengungguli lawan dengan cara yang
konvensional, seperti melalui program kerja atau prestasi, beberapa mungkin
beralih ke metode yang lebih kontroversial untuk menarik perhatian. Dalam hal
ini, taktik bermain korban dianggap sebagai upaya putus asa untuk mengubah arus
dukungan.
Seorang calon incumbent biasanya memiliki keuntungan dari
segi pengalaman dan pencapaian yang sudah terbukti. Oleh karena itu, lawan
politik yang merasa tertinggal mungkin merasa perlu menggunakan taktik non
konvensional untuk menantang posisi tersebut. Namun, penggunaan strategi
semacam ini bisa berisiko, karena masyarakat dapat melihatnya sebagai tindakan
manipulatif yang mengancam integritas Calon.
Dampak Terhadap Citra Calon
Jika benar bahwa peristiwa ini merupakan bagian dari
strategi "playing victim", hal tersebut dapat berdampak negatif pada
citra Mario Pranda. Publik yang semakin kritis cenderung tidak menyukai
tindakan manipulatif dan lebih menghargai transparansi serta kejujuran dari
para calon pemimpin mereka. Sementara simpati awal mungkin dapat diraih, pada
akhirnya, kepercayaan publik dapat tergerus jika mereka merasa telah
dimanipulasi.
Peristiwa rusaknya baliho Mario Pranda telah membuka diskusi lebih luas tentang taktik politik yang digunakan dalam kampanye pemilu. Meskipun taktik "playing victim" dapat memberikan simpati sementara, itu bukanlah solusi jangka panjang untuk membangun dukungan yang kokoh. Para politisi perlu fokus pada penyampaian visi, misi, dan program kerja yang jelas serta dapat diterima oleh masyarakat, daripada mengandalkan strategi yang bisa berbalik merugikan. Transparansi dan integritas tetap menjadi kunci dalam memenangkan hati dan pikiran pemilih.
Ditulis Oleh : Ari Bero, pengamat kampung.
Social Footer