Foto: ilustrasi anti narkoba. tajukharian.com |
"Indonesia saat ini mengalami darurat narkoba. Kalau kita melihat perkembangan tren pengguna narkoba sekarang, bukan saja anak-anak yang terkena dampak hari ini. Tapi, kami melihat bahwa pengguna narkoba ini selalu menyasar orang-orang yang punya pendapatan. Semakin banyak pendapatan, itu semakin para bandar ini akan melakukan propaganda-propaganda untuk mengekspansi pasar," kata Marthinus dalam rapat dengan Komisi III DPR RI. Senayan, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2024).
Dia mengatakan para bandar narkotika menyasar orang-orang dengan penghasilan tinggi. Marthinus menyebut bahkan ada fenomena para pekerja tambang hingga perkebunan menggunakan narkotika.
"Hari ini kami melihat fenomena-fenomena bahwa bahkan pekerja-pekerja perkebunan, pekerja tambang itu semua sudah hampir semua menggunakan itu. Karena kita menurut informasi yang kami dapat dari Polda Sumatera Utara, masukkan dari beberapa pemilik perkebunan bahwa ada kebocoran kurang lebih 30 sampai 40 persen hasil perkebunan," tutur Marthinus.
"Karena para petaninya, para pekerjanya itu kemudian ditawari atau diberikan narkoba sebagai dari para bandar ini mereka mempropaganda bahwa dengan menggunakan narkoba produktivitasnya meningkat," lanjutnya.
BNN sudah beraudiensi dengan pejabat daerah terkait peredaran narkoba ini. Hasilnya, semua pihak sepakat jika narkoba adalah musuh bersama.
"Nah ini juga kami temukan juga di setelah kami beraudiensi dengan Bupati Kota Waringin Timur, beraudiensi Waringin Timur problemnya sama. Artinya kita tidak lagi melihat narkoba ini milik anak atau apa menjadi domain anak muda, anak remaja, tapi hari ini sudah menyasar para pekebun," ucapnya sebagaimana dilansir detikcom.
Social Footer