Foto: Romo Tuan Kopong. tajukharian.com |
Kata “sampai” (until) dalam Injil Matius 1:25 yang mengatakan bahwa Maria tidak melakukan hubungan dengan suaminya sampai ia melahirkan Yesus tidak bisa diterjemahkan dan ditafsirkan secara harafiah seakan-akan setelah melahirkan Yesus, Maria berhubungan dengan suaminya.
Kata “sampai” (until) dalam ayat diatas tidak selalu menyiratkan kondisi sebaliknya. Dalam 2Samuel 6:23 misalnya dikatakan bahwa Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya. Itu tidak berarti bahwa ia memiliki anak setelah ia meninggal. Demikian juga dalam 1Korintus 15:25 yang mengatakan bahwa Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Artinya Kristus akan tetap memerintah(meraja) meskipun semua musuh sudah dikalahkan-Nya.
Maka dari ayat Injil Matius diatas sebenarnya sangat sederhana untuk dipahami bahwa Yesus memang sungguh lahir dari seorang perawan dan Maria tetap perawan selamanya meskipun sudah melahirkan Yesus.
Beberapa kelompok dari komunitas lain juga mengatakan bahwa Tuhan memiliki saudara-saudari dengan mendasarkan penafsiran mereka dari Injil Matius 13:55-56; “Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita?
Tetapi jangan lupa dan patut diperhatikan bahwa Maria memanggil Yosep sebagai ayah atau bapak dari Yesus (Luk 2:48) meskipun Yosep bukan ayah bilogis Yesus. Ini berarti juga menegaskan bahwa para saudara dan saudari Yesus tidak harus memiliki hubungan bilogis dengan Yesus sebagai saudara dan saudari mereka atau Maria sebagai ibu mereka.
Kata “saudara (saudari) atau yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “brethern” yang merupakan terjemahan dari kata Yunani, juga digunakan oleh Kitab Suci untuk menunjukan hubungan sebagai “sepupu dan keponakan.” Sebenarnya Injil Matius menerangkan Yakobus dan Yosep sebagai anak dari perempuan lain yang bernama Maria (Mat 27:56).
Sedangkan Injil Markus menerangkan Yesus sebagai “anak” Maria daripada “seorang anak” dari Maria. Di sini jelas bahwa kalau Injil Markus menjelaskan bahwa Yesus adalah anak Maria maka hanya Yesus sendiri sebagai anak Maria. Sebaliknya jika menggunakan kata Yesus adalah seorang anak dari Maria, artinya masih ada anak-anak lain Maria selain Yesus (Mrk 6:3).
Maka dari itu, kita bisa menyimpulkan bahwa para saudara dan saudari Yesus adalah kerabat dalam arti luas, tegasnya para sepupu Yesus. Ini bisa dijelaskan mengapa orang sekampung Yesus mengatakan Yesus sebagai anak Maria (the son of Mary). Penjelasan ini mempertegas bahwa para saudara dan saudari Tuhan bukan anak dari Perawan Maria.
Dalam pertemuan atau sapaan harian, kita sering menyapa para saudara dan saudari terkasih tidak harus menjelaskan hubungan bilogis (kandung) antara yang menyapa dan disapa.
Harus juga diingat bahwa keputusan Maria untuk tidak melakukan hubungan seksual bukan berarti seks antar suami isteri itu jelek. Itu karena karya Roh Kudus yang menanungi dia (Luk 1:34) dan tubuhnya menjadi tempat kediaman Allah yang kudus. Dalam Perjanjian Lama, seorang perempuan yang melahirkan seorang bayi, ia menjadi milik ayah dari sang bayi. Maka sejak Maria melahirkan Anak Allah, Maria menjadi milik Allah dan memberikan seluruh hidupnya untuk Dia.
Yosep tetap sebagai suami sah Maria dan melindungi Maria dari kebiasaan yang sering melecehkan atau tidak berpihak pada kaum perempuan. Dia juga memahami bahwa perkawinan mereka berbeda dari hukum perkawinan pada umunya karena itu keluarga dia yang dikenal dengan sebutan Keluarga Kudus ditugaskan oleh Allah untuk merawat dan membesarkan Anak-Nya.
Sumber: Why Ww’re Catholic, “Why We Honor Mary”, Trent Horn, Catholic Answer Press, California, 2017, 161-163.
Manila: 05-Mei, 2024
Tuan Kopong msf
Social Footer