UPDATE

Politisi Baliho dan Politisi Stiker: Menyoal Kedekatan dengan Masyarakat

Ari Bero

Tajukharian.com - Dalam setiap pesta demokrasi, kita seringkali disuguhi pemandangan baliho dan stiker bertaburan di berbagai sudut kampung. Tidak dapat dipungkiri, media promosi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kampanye politik. Namun, seberapa jauh kehadiran baliho dan stiker mencerminkan kedekatan seorang calon pemimpin dengan masyarakat?

Seorang calon pemimpin seharusnya bukan hanya politisi baliho atau politisi stiker semata. Artinya, kehadiran mereka ketengah-tengah masyarakat seharusnya lebih dari sekadar simbolis. Sebagai calon pemimpin, mereka diharapkan turun langsung untuk berinteraksi dengan warga, mendengarkan keluhan, dan berbagi gagasan. Ini adalah bentuk konkret dari komitmen mereka untuk menjadi pelayan rakyat.

Keberanian untuk bersua muka dengan masyarakat adalah kunci utama untuk membangun hubungan yang kuat dan tulus. Calon pemimpin seharusnya memiliki kegemaran bertemu langsung dengan masyarakat, karena melalui interaksi ini mereka dapat memahami kebutuhan dan harapan warga dengan lebih baik. Kegemaran ini bukanlah sekadar taktik politik, melainkan bentuk nyata dari tanggungjawab mereka sebagai pemimpin masa depan.

Bukanlah rahasia bahwa menjadi seorang pemimpin adalah tugas yang melelahkan, namun, inilah bagian dari tantangan tersebut. Menjadi jembatan aspirasi masyarakat memerlukan kehadiran fisik dan emosional yang kuat dari seorang calon pemimpin. Baliho dan stiker mungkin dapat menciptakan kesan visual, tetapi kedekatan personal membentuk fondasi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Dalam konteks ini, menjadi "calon pemimpin baliho" atau "calon pemimpin stiker" tidaklah cukup. Politisi tidak boleh terjebak dalam permainan "Tepeng Liliko" (sebuah istilah Manggarai yang menggambarkan kedekatan semu dengan masyarakat tanpa keterlibatan yang nyata). Masyarakat perlu melihat bukti nyata dari komitmen seorang calon pemimpin, bukan hanya melalui materi promosi yang dipasang di berbagai tempat.

Penting bagi calon pemimpin untuk tidak hanya mengandalkan atributnya selama kampanye, tetapi juga membangun komunikasi yang intens dengan warganya. Hubungan yang dibangun sejak awal akan membentuk dasar yang kuat untuk bekerjasama dalam pembuatan kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.

Dalam demokrasi yang sehat, calon pemimpin bukanlah sekadar menitipkan baliho dan stiker pada tim suksesnya. Sebaliknya, mereka adalah pelayan yang semestinya memahami keluhan dan kepentingan kepentingan rakyatnya. Oleh karena itu, mari bersama-sama menilai calon pemimpin bukan hanya dari seberapa sering dan seberapa banyak baliho mereka terpampang, tetapi sejauh mana mereka memiliki kegemaran dan komitmen untuk berada di tengah-tengah masyarakat yang akan mereka layani kelak.

Iklan

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close